SEJARAH DAN LINGKUP SOSIOLINGUISTIK
A. Sejarah Sosiolinguistik
Perkembangan sosiolinguistik baru
mulai pada akhir 1960an dan awal 1970an, sehingga kajian bahasa ini dapat
dipandang sebagai disiplin ilmu bahasa yang masih muda. Meskipun demikian, hal
ini tidak berararti bahwa sosiolinguistik ini merupakan penemuan dekede 1960an.
Dewasa ini, perhatian terhadap sosiolinguistik semakin luas dan kesedaran yang
semakin meningkat bahwa sosioliguistik dapat memperjelas hakikat bahasa dan
hakikat masyrakat.
Panini (500SM) diyakini oleh banyak linguis sebagai pelopor pengkaji sosiolinguistik dalam karyanya yang berjudul Astdhayayi satu buku yang beris tentag stilistika bahasa pengkajian sosiolinguistik mulai mendapat perhatian. Baru beberapa abad kemudian, tepatnya pada abad 19, Schuchardt, Hasseling, dan Van Name (1869-1897) untuk pertama kalinya memulai kajan tentang dialek bahasa pedalaman Eropa dan kontak bahasa yang mengahsilkan bahasa campuran. Perkemabangan kajian sosiolinguistik semakin menemukan titik cerah setelah De Saussure (1857-1913) berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah fakta sosial yang terdapat dalam masyarakat. Dalam hal ini, terdapat dua istilah yang masih popular hingga saat ini: Langue dan Parole. Tak lama berselang, langkah de Saussure ini ditindaklanjuti oleh beberapa sarjana bahasa Amerika Serikat, seperti Franz Boas, Edward Sapir, dan Leonard Blommfield yang melakukan beberapa kajian bahasa budaya, dan kognisi.
Istilah sosiolinguistik digunakan pertama sekali oleh Harver Currie pada tahun 1952. Tokoh ini sebelumnya melihat kajian linguistik tidak memiliki perhatian terhadap realitas sosial. Setahun berikutnya, Weinreich (1953) menulis Language in Contact, yang diikuti dengan kemunculan karya-karya besar lain dalam bidang ini sehingga mulai saat itu sosiolinguistik menjadi ilmu yang mantap dan menarik perhatian banyak orang.
B. Ruang Lingkup Sosiolinguistik
Mengenai ruang lingkup
sosiolinguistik, dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut.
1.
Mikro
sosiolinguistik yang berhubungan dengan kelompok kecil, misalnya system tegur
sapa.
2.
Makro
sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah perilaku bahasa dan struktur
sosial.
Sosiolinguitik
meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasa dan
masyarakat. Cakupan sosiolinguistik akan semakin jelas jika kita lihat paparan
yang membandigkan sosiolinguistik dengan dengan bidang studi lain yang terkait
sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
a. Sosiolinguistik dengan Sosiologi
Sosiologi mempelajari anatara lain
struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan antar anggota masyarakat,
tingkah laku masyarakat. Secara konkret, sosiologi mempelajari
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Di dalam masyarakat ada semacam lapisan,
seperti lapisan penguasa dan lapisan rakyat jelata, atau kasta-kasta yang
berjenjang juga dipelajari sosiologi. Sampai tahap tertentu sosiologi memang
menyentuh bahasa. Objek utama sosiologi bukan bahasa, melainkan
masyarakat, dan dengan tujuan mendeskripsikan masyarakat dan tingkah laku. Dan
objek utama sosiolinguistik adalah variasi bahasa, bukan masyarakat.
b. Sosiolinguistik dengan Linguistik
Umum
Linguistik
umum (general linguistics) seringkali disebut linguistik saja, mencakup
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Linguistik disini hanya berbicara tentang struktur
bahasa, mencakup bidang struktur bunyi, struktur morfologi, struktur kalimat
dan struktur wacana. Linguistik menitik beratkan pembicaraan pada bunyi-bunyi
bahasa, karena atas dasar anggapan, bahasa itu berupa bunyi-bunyi yang
berstruktur dan bersistem. Linguistik mempunyai pandangan monolitik terhadap
bahasa. Artinya, bahasa dianggap satu sistem yang tunggal, 1. Linguistik
melihat bahasa sebagai suatu sistem tertutup suatu sistem yang berdiri sendiri
terlepas dari kaitannya dengan struktur masyarakat. 2. Sosiolinguistik melihat
bahasa sebagai suatu sistem tetapi yang berkaitan dengan struktur masyarakat,
bahasa dilihat sebagai sistem yang tidak terlepas dari ciri-ciri penutur dan
dari nilai-nilai sosiobudaya yang dipatuhi oleh penutur itu, jadi bahasa
dilihat sebagai sistem yang terbuka. Sosiolinguistik menitik beratkan fungsi
bahasa dalam penggunaan, makna bahasa secara sosial. c. Sosiolinguistik dengan Dialektologi
Dialektologi adalah kajian tentang
variasi bahasa. Dialektologi mempelajari berbagai dialek dalam suatu bahasa
yang tersebar diberbagai wilayah. Tujuan untuk mencari hubungan kekeluargaan
diantara berbagai dialek-dialek itu juga menentukan sejarah perubahan bunyi
atau bentuk kata, berikut maknanya, dari masa ke masa dan dari saru tempat ke tempat
lain. Titik berat kajian terletak pada kata. Setelah ditemukan sejumlah kata
yang mempunyai berbagai bentuk atau lafal pada sejumlah dialek diberbagi
tempat, dialektologi membuat semacam peta, yakni peta dialek. Peta itu tertera
garis-garis yang menghubungkan tempat satu ketempat yang lain.
d.
Sosiolinguistik
dengan Retorika Retorika sebagai kajian tentang tutur terpilih. Salah satu cabangnya adalah kajian tentang gaya bahasa. Seseorang yang akan bertutur memepunyai kesempatan untuk menggunakan berbagai variasi dan untuk itu bahasa menyediakan bahan-bahannya. Retorika mempunyai kesejajaran dengan sosiolinguistik, yaitu variasi bahasa sebagai objek studi keduanya. Tetapi tidak seperti retorika. Sosiolonguistik tidak hanya memperhatikan bentuk-bentuk bahasa yang terpilih saja. Sosiolinguistik mempelajari semua variasi yang ada, kemudian dikaitkan dengan dasar atau faktor yang memunculkan variasi itu. Retorika cenderung kearah kajian tutur individu.
e. Sosiolinguistik dengan Psikologi Sosial
Sosiologi sosial merupakan paduan antara kajian sosiologi dengan psikologi, tetapi merupakan bagian dari kajian psikologi. Psikologi mengurusi masalah mental individu, seperti inteligensi, minat, sikap, kepribadian, dan semacamnya. Sosiolinguistik berkaitan dengan bahasa masyarakat, hubungan antara sosiolinguistik dengan psikologi sosial tentu ada. Pendekatan psikologi sosial dipakai di dalam menganalisis.
f. Sosiolinguistik dengan Antropologi
Antropologi
adalah kajian tentang masyarakat dari sudut kebudayaan dalam arti luas. Kebudayaan
dalam arti luas seperti kebiasaan, adat, hukum, nilai, lembaga sosial, religi,
teknologi, bahasa. Bagi antropologi bahasa dianggap sebagai ciri penting bagi
jati diri (identitas) bagi sekelompok orang berdasarkan etnik.
g. Sosiolinguistik Makro dengan
Sosiolinguistik Mikro
sosiolinguistik makro adalah ruang
lingkup sosiolinguistik yang berhubungan dengan masalah prilaku bahasa dan
struktur sosial. Kajian intinya adalah komunikasi antar kelompok, barangkali
didalam konteks satu kelompok masyarakat, misalnya tentang penggunaan bahasa
ibu dengan bahasa local oleh kelompok-kelompok linguistic minoritas. Sedangkan
sosiolinguistik mikro adalah ruang lingkup sosiolinguistik yang berhubungan
dengan kelompok kecil. Titik pusat pengkajian mikro sosiolinguistik adalah
tingkah ujar (speech act) (Sharle,1965) yang terjadi didalam kelompok-kelompok
primair menurut sosiolog, dan tingkah ujar itu dimodifikasi oleh
variable-variabel seperti status keakraban (intimasi), pertalian keluarga,
sikap dan tujuan antar tiap anggota kelompok. Kebanyakan variable linguistik
digolongkan kedalam kelompok yang umunya disebut register (Crystal dan Davi,
1969) dan bukan dalam kelompok dialek, yaitu variable yang diakibatkan oleh
penggunaan bahasa oleh individu dalam variable tertentuyang diamati,dan bukan
pula variasi yang diakobatkan oleh karakteristik yang relative permenen pada
diri si pemakai bahasa seperti umur, kelas sosioal, pendidikan dan seterusnya.
Sosiolinguistik mikro menurut Roger Bell (1976), lebih menekankan perhatian pada interaksi bahasa antar penutur didalam suatu kelompok guyuk tutur (intragrupinteraction), sedangkan sosiologi makro menitik beratkan perhatian kepada interaksi antar penutur dalam kontek antar kelompok (intragrupinteraction).
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Paul, Ohoiwutun. 2007. Sosiolinguistik.
Jakarta: Kesaint Blanc.
Sumarsono.
2009. Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar